ZMedia Purwodadi

Kenali Gejala Varian Baru COVID-19 yang Dorong Lonjakan Kasus

Table of Contents

Haluan.xyz , Jakarta - Subvarian COVID-19 baru, NB.1.8.1, belakangan ini mencuri perhatian karena menunjukkan penyebaran yang lebih luas. Sama seperti varian baru lainnya, NB.1.8.1 merupakan turunan dari keluarga Omicron. Data awal menunjukkan bahwa subvarian ini kemungkinan lebih mudah menular, meski sejauh ini tidak menyebabkan gejala yang lebih parah.

Menurut laporan Times of India , NB.1.8.1 muncul sebagai jalur baru virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19, dan termasuk dalam keluarga Omicron yang mendominasi beberapa gelombang sebelumnya. Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menetapkannya sebagai "varian yang perlu diwaspadai". Namun, otoritas kesehatan terus memantau penyebarannya yang cepat dan kemungkinan dampaknya.

"NB.1.8.1 telah ditetapkan sebagai varian SARS-CoV-2 yang sedang dipantau (VUM) dengan proporsi yang meningkat secara global, sementara LP.8.1 mulai menurun," kata WHO dalam siaran pers minggu lalu.

Penting untuk dipahami bahwa penetapan sebagai Varian dalam Pemantauan (VUM) oleh WHO bukan berarti subvarian ini langsung menimbulkan ancaman. Label ini menandakan bahwa para ilmuwan sedang memperhatikan perubahan genetik yang mungkin memengaruhi seberapa cepat varian ini menyebar, tingkat keparahan penyakitnya, atau efektivitas vaksin dan perawatan yang ada. Namun, status ini masih sebatas langkah antisipasi, bukan alarm darurat.

Pada varian baru NB.1.8.1, para ahli kesehatan menemukan tanda-tanda penyebaran di berbagai belahan dunia. Meski demikian, gejala yang muncul sejauh ini belum menunjukkan bahwa penyakit yang disebabkan oleh subvarian ini lebih parah daripada sebelumnya.

Label “daftarbpantauan” (VUM) yang diberikan WHO pada NB.1.8.1 pada dasarnya mirip seperti daftar pantauan: status ini berarti varian tersebut belum terbukti menimbulkan risiko yang besar, tetapi para pejabat kesehatan tetap memerhatikannya untuk berjaga-jaga. Status ini merupakan bentuk kewaspadaan dini tapi belum menjadi alarm bahaya.

Gejala COVID-19 yang perlu diwaspadai

Orang yang terinfeksi NB.1.8.1 telah melaporkan gejala yang mirip dengan subvarian Omicron lainnya. Gejala tersebut meliputi:

  • Batuk terus menerus
  • Sakit tenggorokan
  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Kehilangan selera makan
  • Masalah gastrointestinal
  • Penglihatan kabur
  • Mual atau pusing
  • Kesulitan berkonsentrasi

Menurut laporan terbaru, subvarian NB.1.8.1 memunculkan gejala unik yang disebut hipertermia tingkat rendah yang persisten. Gejala ini berbeda dengan demam karena melibatkan peningkatan suhu tubuh tanpa mengubah titik setel alami tubuh. Artinya, tubuh terasa lebih hangat dari biasanya, tetapi tidak selalu menunjukkan demam.

Meski infeksi akibat subvarian ini meningkat, sebagian besar kasus masih tergolong ringan. Otoritas kesehatan pun menekankan pentingnya mendapatkan vaksinasi terbaru, terutama bagi mereka yang rentan. Dosis penguat tetap direkomendasikan untuk membantu menekan risiko terjadinya gejala parah.

Meskipun dosis booster yang disesuaikan dengan varian Omicron masih mampu memberikan perlindungan terhadap gejala parah, temuan awal menunjukkan bahwa LF.7 dan NB.1.8 sedikit mengurangi efektivitas vaksin. Hal ini membuka kemungkinan perlunya pembaruan formulasi vaksin dalam waktu dekat.

Melacak pergerakan kedua subvarian ini juga bukan perkara mudah. Tidak seperti gelombang varian Alpha dan Delta yang punya penanda genetik khas dan gejala yang lebih parah, LF.7 dan NB.1.8 menyebar secara diam-diam dengan gejala ringan. Kondisi ini membuat upaya deteksi dini dan pelacakan kontak menjadi jauh lebih rumit.

Dokter spesialis penyakit menular dari Fakultas Kedokteran Universitas Case Western Reserve Amy Edwards memberikan rekomendasi sederhana untuk meminimalkan resiko terinfeksi varian baru virus penyebab COVID-19 .

"Cuci tangan secara teratur, gunakan masker, dan tetaplah di rumah jika merasa sakit. Terapkan etika batuk dan bersin secara benar," katanya, dikutip dari Antara , 31 Mei 2025.

Dicky Kurniawan dan Ida Rosdalina berkontribusi dalam penulisan ini.

Posting Komentar