ZMedia Purwodadi

Perbedaan Batuk Biasa dengan Batuk Penyakit TBC

Table of Contents

Haluan.xyz , Jakarta - Batuk yang tidak kunjung sembuh sering kali dianggap sepele. Bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga bisa menjadi pertanda penyakit yang lebih serius, salah satunya Tuberkulosis alias TBC.

Dilansir dari laman TB Indonesia , TBC adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis . Umumnya menyerang paru-paru, tapi tidak menutup kemungkinan menyasar organ tubuh lain, seperti tulang, kelenjar getah bening, kulit, hingga selaput otak. Dalam beberapa kasus, TBC juga bisa menyerang organ selain paru yang dikenal sebagai TBC Ekstra Paru dan sering kali sulit dikenali tanpa pemeriksaan menyeluruh.

Batuk Biasa Vs Batuk TBC

Dikutip dari laman Rumah Sakit Paru RESPIRA dan TB Indonesia , perbedaan utama antara batuk biasa dan batuk karena TBC terletak pada durasi dan gejalanya. Batuk biasa umumnya berupa batuk kering atau berdahak yang berlangsung tak lebih dari seminggu, disertai flu atau pilek seperti hidung tersumbat, tenggorokan sakit, dan demam ringan. Sebaliknya, batuk TBC bisa bertahan lebih dari dua minggu dan tidak membaik meski sudah minum obat batuk.

Selain itu, batuk biasa kerap disertai dahak putih atau kuning. Namun, bila TBC, dahak bisa berubah menjadi kuning kehijauan, bahkan bercampur darah. Pada tahap munculnya batuk, batuk biasa muncul tiba-tiba dan cepat mereda. Sementara TBC berkembang dalam dua fase, yakni fase laten dan aktif. Pada fase laten, penderita belum menunjukkan gejala dan belum menular. Begitu memasuki fase aktif, batuk mulai muncul dan penularan terjadi. Perubahan fase ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang.

Gejala Lain yang Perlu Diwaspadai

Dilansir dari laman Ayo Sehat Kemenkes , ada pula gejala lain dari TBC yang perlu diwaspadai, di antaranya:

  1. Penderita TBC sering kehilangan selera makan, baik karena batuk mengganggu proses menelan maupun efek samping pengobatan yang memengaruhi sistem pencernaan.
  2. Berat Badan Turun Drastis karena kekurangan asupan nutrisi yang membuat pasien TBC rentan mengalami penurunan berat badan dalam waktu singkat.
  3. Tubuh yang terinfeksi TBC biasanya mengalami demam, terutama pada fase awal infeksi aktif. Demam bisa berlangsung lebih dari dua minggu dan muncul secara berkala.
  4. Gejala khas lain adalah keringat berlebih saat malam tanpa aktivitas fisik, sering disertai tubuh lemas dan nyeri otot.
  5. Peradangan di paru akibat infeksi TBC menyebabkan dada terasa nyeri, terutama saat batuk atau menarik napas dalam.
  6. Daya tahan tubuh yang menurun membuat penderita cepat merasa lemas dan lesu, meski tanpa aktivitas berat.

Pemeriksaan dan Diagnosis

Untuk memastikan seseorang mengidap TBC, dibutuhkan serangkaian pemeriksaan medis. Salah satunya yang paling umum adalah melalui pemeriksaan dahak yang digunakan untuk mendeteksi bakteri penyebab langsung. Bisa juga dilengkapi dengan tes kulit ( Mantoux ) yang berupa suntikan kecil di bawah kulit untuk melihat reaksi terhadap protein bakteri TBC, rontgen dada untuk melihat kerusakan paru-paru, hingga tes darah. Bila diduga terjadi infeksi di luar paru, dokter bisa menyarankan CT scan atau MRI.

Dalam pengobatannya, pasien TBC harus menjalani terapi menggunakan obat anti-tuberkulosis (OAT) selama 6 hingga 9 bulan. Selama masa ini, pengawasan medis ketat sangat diperlukan untuk memastikan efektivitas pengobatan dan mencegah resistensi obat. Di sisi lain, upaya pencegahan penting untuk dilakukan untuk memutus rantai penyebaran, di antaranya dengan vaksinasi BCG sejak dini, menjaga kebersihan, memakai masker saat batuk, serta meningkatkan daya tahan tubuh lewat pola makan sehat, dan istirahat cukup.

Sapto Yunus berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Posting Komentar