Tasya Kamila Ingatkan Orang Tua Waspadai DBD pada Anak

Peran Keluarga dalam Mencegah Penyebaran Demam Berdarah Dengue
Sebagai seorang ibu, Tasya Kamila menyadari pentingnya peran keluarga dalam mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dengue. Menurutnya, menjaga anak-anak dari ancaman penyakit ini adalah tanggung jawab dan bagian dari tugas sebagai orang tua. Ia mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan menjaga lingkungan agar bisa terhindar dari virus tersebut.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain: * Membersihkan tempat penampungan air * Memastikan anak cukup istirahat dan gizi * Mencari tahu upaya pencegahan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan
Tasya yakin bahwa jika semua orang bergerak bersama, maka kasus akibat virus dengue bisa terus ditekan. Ia menegaskan bahwa jangan sampai anak-anak kehilangan masa kecil mereka hanya karena kita lalai.
Pengalaman Pribadi sebagai Orang Tua
Tasya bercerita tentang pengalamannya sebagai orang tua dalam melindungi anak-anak dan keluarganya dari dengue. Ia mengaku sangat takut jika kedua anaknya terkena virus tersebut. “Saya punya dua anak kecil di rumah, dan jujur, dengue itu salah satu penyakit yang paling saya khawatirkan. Bukan hanya karena bahayanya, tapi juga karena kita nggak pernah tahu kapan atau dari mana virus itu datang,” katanya.
Tidak jarang ketika seseorang merasa sehat, tapi ternyata orang itu sebenarnya sedang terinfeksi dan tidak sadar terkena virus dengue. Apalagi kalau gejalanya ringan atau tidak muncul sama sekali. Dalam kondisi seperti ini, kita bisa menjadi sumber penularan tidak langsung, karena nyamuk yang menggigit kita bisa menularkan virus ke orang lain, termasuk anak-anak kita sendiri.
Anak-Anak sebagai Kelompok yang Paling Rentan
Menurut Tasya, banyak orang tua yang belum menyadari bahwa anak-anaklah yang justru paling berisiko mengalami dampak serius jika terinfeksi. Angka kematian akibat dengue tertinggi justru terjadi pada anak-anak dan remaja. Ini bukan cuma soal data kesehatan, tapi soal nyawa anak-anak kita. Dan sebagai orang tua, kita tidak bisa hanya pasrah atau menunggu sampai anak sakit. Kita harus proaktif.
Edukasi dan Pencegahan Sejak Dini
Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli, PT Takeda Innovative Medicines menyelenggarakan talk show Cegah DBD bertajuk “Science Heroes – Pahlawan Cilik Cegah DBD” pada 26–27 Juli 2025. Talk show ini bertujuan mengedukasi orang tua dan keluarga mengenai bahaya dengue dan pentingnya pencegahan secara menyeluruh untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang mengancam nyawa seperti dengue.
Data global menunjukkan bahwa selama 30 tahun, anak-anak memiliki insiden dengue yang lebih tinggi dan Disability-Adjusted Life Years (DALYs) dari seluruh populasi. Indonesia sendiri merupakan negara dengan beban DALYs tertinggi akibat dengue pada tahun 2021. Data Kementerian Kesehatan mencatat dalam tiga tahun terakhir (2021-2024), kelompok yang paling rentan terhadap infeksi dengue adalah mereka yang berusia 15-44 tahun. Sedangkan kasus kematian akibat dengue dalam tujuh tahun terakhir tertinggi terjadi pada anak-anak dan remaja usia 5-14 tahun.
Bahaya Dengue dan Upaya Pencegahan
Dokter Spesialis Anak – Konsultan Neurologi Atilla Dewanti mengatakan dengue itu bukan penyakit musiman, virusnya ada sepanjang tahun dan bisa menyerang siapa saja, di mana saja, tanpa memandang usia atau gaya hidupnya. Yang sering membuat orang tua kecele adalah gejalanya bisa mirip flu, yaitu demam tinggi mendadak, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, hingga ruam di kulit. Tapi yang berbahaya, kalau tidak dikenali dan ditangani sejak awal, dengue bisa berkembang menjadi dengue shock syndrome (DSS), kondisi serius yang ditandai dengan perdarahan hebat dan penurunan tekanan darah yang drastis, bahkan bisa berujung fatal. Ini kasusnya juga banyak terjadi pada anak-anak.
Atilla menambahkan, seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari satu kali karena virus dengue memiliki empat serotipe berbeda (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4). Artinya, saat seseorang sembuh dari satu jenis virus dengue, dia hanya kebal terhadap serotipe itu saja. Kalau nanti terinfeksi dengan serotipe lain, risikonya justru bisa lebih berat. Itu yang menyebabkan infeksi kedua atau ketiga bisa jauh lebih parah dari yang pertama.
Sayangnya, sampai saat ini belum ada obat khusus untuk mengobati dengue, karena pengobatan dengue lebih kepada untuk meredakan gejala. Untuk itu, yang dapat kita lakukan sekarang adalah dengan langkah-langkah pencegahan, termasuk melakukan 3M Plus secara konsisten dan mempertimbangkan penggunaan metode inovatif seperti vaksinasi. Vaksinasi dengue telah direkomendasikan penggunaannya, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi, untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, seseorang perlu mendapatkan dosis sesuai dengan yang dianjurkan oleh dokter.
Komitmen Jangka Panjang dalam Pencegahan Dengue
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht menyampaikan bahwa keterlibatan Takeda merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam upaya pencegahan dengue yang berkelanjutan, terutama untuk melindungi anak-anak, kelompok paling rentan terhadap dampak serius dengue. Dalam momentum peringatan Hari Anak Nasional dengan tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”, ia mengingatkan kembali bahwa setiap anak berhak tumbuh sehat, aman, dan bebas dari ancaman penyakit yang dapat dicegah seperti dengue.
Gutknecht menambahkan setiap tahun, ribuan keluarga di Indonesia harus menghadapi kenyataan pahit akibat dengue. Dan yang paling menyayat hati adalah ketika anak-anak menjadi korbannya. Kita berbicara tentang kehilangan masa bermain, pendidikan yang terhenti, bahkan kehilangan nyawa yang sebenarnya bisa dicegah dengan 3M Plus dan vaksin DBD.
Edukasi berkelanjutan yang dapat menjangkau keluarga secara langsung menjadi salah satu cara pencegahan yang bisa dilakukan. Ia percaya bahwa perubahan hanya bisa tercapai melalui kolaborasi dan peningkatan kesadaran masyarakat. Semakin banyak orang tua dan keluarga yang paham, semakin besar peluang kita untuk memutus rantai penyebaran dengue.
Ia pun berkomitmen timnya akan menjadi mitra jangka panjang dengan para pemangku kepentingan seperti pemerintah, tenaga kesehatan, akademisi, sektor swasta, media, dan masyarakat, untuk mewujudkan tujuan bersama: Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030.
Posting Komentar