Taufik Hidayat Terharu Mengenang Iie Sumirat, Legenda Bulu Tangkis Indonesia

Kenangan Tak Terlupakan dengan Iie Sumirat
Setiap kali diwawancara oleh awak media, Taufik Hidayat selalu tampil dengan senyuman yang hangat dan penuh keyakinan. Namun, pada kesempatan kali ini, suasana berbeda. Pria yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga itu terlihat sedih dan hampir tak mampu mengucapkan kata-kata yang tepat ketika ditanya tentang kenangan bersama mendiang Iie Sumirat, yang telah pergi pada Selasa (22/7).
"Banyak (kenangan), kalau...," ucap Taufik sambil terbata-bata dan air mata mulai menetes. "Banyak, dari kecil sama dia," tambahnya dengan suara yang terisak. "Enggak tergantikan. Habis ini langsung ke Bandung," ujarnya lagi.
Taufik mendengar kabar meninggalnya Iie Sumirat saat sedang berada di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, untuk laga fun match bersama para legenda peraih medali emas Olimpiade seperti Alan Budikusuma, Susy Susanti, Ricky Soebagdja, Chandra Wijaya, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Iie Sumirat adalah pelatih yang sangat berpengaruh. Saat menjadi pemain, ia termasuk dalam The Magnificent Seven bulu tangkis Indonesia pada era 1970-an bersama Rudi Hartono, Liem Swie King, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata, dan Ade Tjandra. Iie lahir di Bandung, 15 November 1950, dan memiliki prestasi yang luar biasa. Beberapa di antaranya adalah dua kali meraih medali emas Asian Games pada edisi 1966 dan 1970 serta juara dunia pada 1976 di Bangkok, Thailand.
Selain itu, Iie juga menjadi tunggal putra utama dalam skuad Merah Putih yang sukses menjuarai Thomas Cup 1979. Sebelumnya, Iie turut membawa Indonesia meraih gelar Thomas Cup pada 1976.
Sebagai salah satu anak didiknya, Taufik merasa sangat kehilangan dengan kepergian Kang Iie. Baginya, Kang Iie bukan hanya mantan pemain nasional dengan catatan prestasi hebat, tetapi juga seorang pelatih, pembimbing, teman, dan bahkan seperti orang tua.
Ketika Taufik memulai karier sebagai pebulu tangkis di akhir 1980-an dan awal 1990-an, Kang Iie adalah pelatihnya di klub Sangkuriang Graha Sarana (SGS) Bandung. Ia menganggap Kang Iie sebagai sosok yang membangun dasar-dasar bermain bulu tangkis baginya.
"Beliau pelatih yang membangun dan meletakkan dasar-dasar bermain bulutangkis bagi saya," ujar Taufik. Saat bergabung di klub SGS, Kang Iie dianggapnya sebagai orang tua karena sering harus bolak-balik Pangalengan-Bandung.
"Sering saya tidak pulang ke rumah. Saya memilih menginap di rumah Kang Iie agar besok bisa tepat waktu dan tidak terlambat berlatih lagi," kenang Taufik. Berkat bimbingan Kang Iie yang begitu hebat dan sering mengenalkan teknik-teknik pukulan yang unik, Taufik mampu mencapai prestasi besar, seperti merebut emas Olimpiade Athena 2004, Kejuaraan Dunia 2005, medali emas Asian Games 2002 dan 2006, enam kali juara Indonesia Terbuka, dan kejuaraan besar lainnya.
"Kang Iie lah yang mampu membuat permainan saya begitu istimewa. Saya akhirnya bisa memiliki pukulan-pukulan istimewa juga berkat polesan Kang Iie yang tidak bisa ditemui atau diajarkan di berbagai buku tentang teknik-teknik dasar bermain bulu tangkis," ucap Taufik.
Selain itu, melihat prestasi Kang Iie yang begitu luar biasa, Taufik merasa terinspirasi untuk mengikuti jejaknya. Saat kecil, ia sangat kagum dengan penampilan hebat dan heroik Kang Iie saat bermain di Piala Thomas Indonesia.
Dengan kepergian Kang Iie, bulu tangkis Indonesia tentu sangat kehilangan sosok yang begitu istimewa. "Dia adalah salah satu pahlawan bulu tangkis Indonesia. Bulu tangkis Indonesia bisa hebat seperti sekarang, juga berkat kiprah dan perjuangan yang dirintis Kang Iie dari dulu. Tanpa beliau, saya bukanlah siapa-siapa," ungkap Taufik.
Baginya, semangat dan torehan prestasi yang telah ditorehkan Kang Iie wajib diteruskan dan lestarikan. "Selamat jalan Kang Iie. Jasa dan dedikasimu untuk kejayaan prestasi bulutangkis Indonesia, akan terus kami kenang," ujar Taufik.
Posting Komentar