Cacingan: Tanda, Penyebaran, dan Bahaya

Penyebab Kematian Balita di Sukabumi Akibat Infeksi Cacing Gelang
Seorang balita di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia akibat infeksi cacing gelang atau Ascaris lumbricoides. Hal ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan masyarakat seperti cacingan masih menjadi tantangan yang perlu diperhatikan, terutama di daerah tropis seperti Indonesia.
Apa Itu Ascariasis?
Ascariasis adalah infeksi usus yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides (A. lumbricoides). Cacing ini termasuk dalam kelompok soil-transmitted helminth (STH) dan memanfaatkan tubuh manusia sebagai inang untuk tumbuh hingga dewasa dan bertelur. Semakin banyak cacing berkembang biak, semakin besar kerusakan yang ditimbulkan pada tubuh inang.
Cacing A. lumbricoides akan mengeluarkan telur melalui feses. Jika penderita buang air besar di tanah, telur akan berkembang menjadi bentuk infektif dalam beberapa minggu. Infeksi bisa terjadi jika seseorang menelan telur tersebut melalui tanah, makanan, atau air yang terkontaminasi. Telur ini sangat kecil sehingga tidak terlihat dengan mata telanjang.
Menurut laporan dari World Health Organization (WHO), sekitar 10 persen populasi di negara berkembang terinfeksi cacing usus. Kasus ascariasis lebih sering terjadi di wilayah dengan sanitasi buruk, seperti daerah tanpa akses toilet memadai. Sebagian besar penderitanya adalah anak-anak di daerah tropis dan subtropis dengan sanitasi rendah.
Penyebab Infeksi
Selain cacing gelang manusia, A. lumbricoides, cacing gelang babi Ascaris suum (A. suum) juga bisa menginfeksi manusia. Risiko infeksi lebih tinggi pada orang yang memelihara babi atau menggunakan kotoran babi sebagai pupuk. Infeksi bisa terjadi saat seseorang menelan telur cacing gelang manusia A. lumbricoides.
Gejala yang Muncul
Penderita mungkin tidak merasakan gejala bila hanya ada sedikit cacing. Namun, sebagian bisa mengalami sakit perut hilang timbul. Tanda pertama biasanya terlihat dari munculnya cacing hidup dalam muntah atau feses. Bentuknya mirip cacing tanah dengan panjang 15–33 sentimeter dan tebal seukuran pensil.
Gejalanya pun bervariasi tergantung lokasi cacing di dalam tubuh serta kondisi daya tahan tubuh. Pada tahap awal, infeksi dapat menyerupai pneumonia dengan gejala seperti sesak napas, batuk, demam, mengi, hingga biduran. Setelah 10 hingga 14 hari di paru-paru, larva bergerak ke tenggorokan, terbatukkan, lalu tertelan kembali.
Di usus halus, larva berkembang menjadi cacing dewasa. Gejalanya bisa ringan hingga berat, bergantung jumlah telur yang tertelan dan lokasi cacing dewasa. Gejalanya bisa berupa: sakit perut parah, perut kembung, mual dan muntah, diare sesekali, hilang nafsu makan, berat badan turun tanpa sebab, gelisah, hingga sulit tidur. Bahkan jika jumlah cacing sangat banyak, gejalanya bisa makin berat hingga cacing bisa terlihat di muntah atau tinja.
Penularan Ascariasis
Ascariasis menyebar lewat kontak tangan ke mulut saat seseorang menelan telur yang sudah dibuahi. Di wilayah tanpa sanitasi memadai, penderita mungkin buang air besar di tanah. Di beberapa tempat, kotoran manusia bahkan dipakai sebagai pupuk. Telur cacing yang ada di kotoran bisa mencemari tanah, jalan, atau pekarangan tanpa diketahui.
Seseorang bisa tertular bila: - Menyentuh tanah yang terkontaminasi lalu menyentuh mulut. - Mengonsumsi buah atau sayuran yang tumbuh di tanah tercemar tanpa dicuci, dikupas, atau dimasak. - Minum air yang mengandung telur cacing.
Risiko ascariasis ini lebih tinggi di wilayah beriklim tropis dan subtropis yang hangat dan lembap seperti Asia, Afrika sub-Sahara, dan Amerika. Anak-anak usia delapan tahun ke bawah juga lebih rentan karena sering bermain di tanah dan menyentuh mulut tanpa mencuci tangan.
Siklus Hidup A. lumbricoides
Telur yang tertelan masuk ke usus, lalu menetas menjadi larva. Dari sana, larva berpindah melalui aliran darah atau sistem limfa hingga mencapai paru-paru dan tinggal selama sekitar dua minggu. Setelah itu, larva masuk ke tenggorokan, lalu tertelan kembali ke usus halus untuk tumbuh menjadi cacing dewasa, kawin, dan bertelur. Cacing betina bisa tumbuh 35–40 sentimeter dengan lebar sekitar 6 milimeter, sedangkan cacing jantan lebih kecil. Selain itu, cacing betina juga dapat menghasilkan hingga 200 ribu telur per hari bila kawin dengan cacing jantan di usus halus. Selanjutnya, telur tersebut keluar bersama feses.
Keseluruhan siklus hidup berlangsung dua hingga tiga bulan. Bahkan cacing gelang bisa bertahan di dalam tubuh selama satu hingga dua tahun. Setelah keluar dari tubuh, telur butuh beberapa minggu untuk menjadi infektif dan dapat bertahan hingga 17 bulan. Bila ada orang lain menelannya, siklus pun berulang.
Komplikasi dan Pencegahan
Infeksi berat yang tidak ditangani bisa memicu komplikasi serius, terutama pada anak-anak, meski jarang berakibat fatal. Beberapa komplikasi antara lain: - Sumbatan usus atau saluran pencernaan akibat jumlah cacing terlalu banyak yang menyebabkan nyeri perut hebat dan muntah. - Sumbatan saluran tubuh karena cacing terkadang menyumbat saluran sempit hati atau pankreas, memicu nyeri berat. - Peradangan parah, misalnya pankreatitis (radang pankreas), kolesistitis (radang kantong empedu), atau kolangitis (radang saluran empedu). - Malnutrisi, karena tubuh gagal menyerap gizi. Pada anak, infeksi lama dapat menghambat pertumbuhan.
Beberapa langkah pencegahan ascariasis antara lain: - Hindari menyentuh tanah yang berpotensi terkontaminasi tanpa pelindung. - Cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan atau makan makanan dan setelah menggunakan toilet. - Ajarkan anak rajin mencuci tangan. - Hanya makan di tempat yang terjamin kebersihannya. - Cuci, kupas, atau masak sayuran dan buah, terutama yang ditanam dengan pupuk kotoran. - Hindari buang air sembarangan. - Awasi anak-anak dengan tidak membiarkan mereka duduk langsung di tanah atau bermain tanah tanpa pengawasan.
Posting Komentar