ZMedia Purwodadi

Ibu dan Anak Tinggal di Rumah Penuh Sampah Meski Dapat Sewa Rp43,8 Juta per Bulan

Table of Contents
Featured Image

Kehidupan Orang Tua dan Anak di Tokyo yang Tinggal di Rumah Penuh Sampah

Di tengah kehidupan modern dan kota-kota besar yang penuh dengan kebersihan, ada kisah yang mengejutkan tentang seorang ibu dan putrinya di Tokyo, Jepang. Mereka tinggal di dalam rumah yang dipenuhi tumpukan sampah selama bertahun-tahun, meskipun memiliki penghasilan yang cukup dari sewa properti mereka.

Kisah ini pertama kali terungkap melalui sebuah acara varietas Jepang yang menampilkan orang-orang yang mengalami kesulitan hidup. Dalam program tersebut, para peserta diberi kesempatan untuk membagikan kehidupan mereka di depan kamera, termasuk kondisi rumah mereka. Salah satu pasangan yang ditampilkan adalah Nachiko Tanaka (83 tahun) dan putrinya Akane (47 tahun), yang berasal dari distrik Tokyo.

Kondisi Rumah yang Mengkhawatirkan

Rumah Nachiko dan Akane penuh dengan tumpukan sampah yang tidak teratur. Pintu masuknya dipenuhi kotak-kotak pengiriman yang belum dibuka, sementara ruang tamu mereka dipenuhi buku, kaleng, dan tas belanja. Meja dapur juga dipenuhi bumbu-bumbu dan alat-alat masak, tetapi penanak nasi rusak, serta banyak makanan yang sudah lewat tanggal kedaluwarsa.

Selain itu, kamar mereka juga penuh dengan barang-barang yang menumpuk hingga pintu tidak bisa dibuka sepenuhnya. Nachiko bahkan duduk di atas tumpukan barang dan berbaring setelah menyingkirkan barang ke samping. Ia menjelaskan bahwa inilah cara mereka tidur sehari-hari.

Penyebab Kehidupan yang Terabaikan

Menurut cerita Nachiko, kebiasaan ini dimulai setelah sang kepala keluarga meninggal. Sejak saat itu, mereka mulai kesulitan mengurus diri sendiri dan kehilangan arah. Meskipun kini mereka menganggur, Nachiko dan Akane masih memiliki penghasilan dari menyewakan properti. Mereka tinggal di empat unit flat dan menyewakan sisanya, sehingga mendapatkan lebih dari 400.000 yen setiap bulan.

Selain itu, uang pensiun dari ayah Akane juga membantu mereka bertahan hidup. Mereka menggunakan uang tersebut untuk memesan makanan, mandi di pemandian umum, dan menggunakan mesin cuci swalayan di dekatnya.

Kehidupan Masa Lalu yang Berbeda

Nachiko mengatakan bahwa ia berasal dari keluarga kaya dan suaminya bekerja di bidang pendidikan. Akane juga menceritakan bahwa ayahnya sering mengajak keluarga jalan-jalan ke luar negeri. Mereka pernah menikmati hidup yang nyaman dengan asisten rumah tangga dan anjing peliharaan.

Namun, setelah ayah Akane meninggal, saudara-saudaranya pindah, hanya menyisakan Akane dan ibunya. Mereka pun kehilangan fokus dan secara perlahan rumah mereka berubah menjadi tempat pembuangan sampah.

Tanggapan Netizen dan Harapan

Cerita mereka langsung menjadi sorotan di media sosial. Banyak netizen yang merasa prihatin dan memberikan komentar. Beberapa menyebutkan bahwa bahkan tanpa tekanan finansial atau utang, seseorang bisa hidup dalam kondisi buruk. Yang lain menyarankan agar mereka mencari bantuan psikolog untuk menemukan jalan keluar dari situasi ini.

Akane mengaku ingin berubah, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana. "Bukan karena kami tidak ingin berubah, tapi kami hanya tidak tahu harus mulai dari mana," katanya.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa kesedihan dan kehilangan bisa berdampak besar pada kehidupan seseorang, bahkan jika mereka memiliki sumber daya finansial yang cukup. Dengan dukungan dan bantuan yang tepat, mungkin mereka bisa kembali menemukan arah dan kehidupan yang lebih baik.

Posting Komentar