ZMedia Purwodadi

Tujuan Pemeriksaan EPDS pada Ibu Hamil dan Nifas

Table of Contents
Featured Image

Pentingnya Pemeriksaan EPDS pada Ibu Hamil dan Nifas

Pemeriksaan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) menjadi salah satu alat penting dalam skrining depresi pada ibu hamil dan nifas. Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi gejala awal depresi yang mungkin terjadi selama masa kehamilan maupun setelah melahirkan. Dengan deteksi dini, intervensi yang tepat dapat segera dilakukan, sehingga risiko komplikasi psikologis bisa diminimalkan.

Apa Itu EPDS?

EPDS merupakan kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan yang dirancang untuk mengevaluasi suasana hati ibu selama tujuh hari terakhir. Setiap jawaban diberi skor antara 0 hingga 3, dengan total skor maksimal mencapai 30. Skor di atas 10-13 biasanya menunjukkan kemungkinan adanya depresi, namun hal ini tidak otomatis berarti diagnosis akhir. EPDS bukanlah alat diagnostik, melainkan alat skrining yang digunakan sebagai langkah awal.

Kuesioner ini dikembangkan oleh Cox, Holden, dan Sagovsky pada tahun 1987 dan telah diverifikasi di berbagai populasi. EPDS tersedia dalam hampir semua bahasa dan sering digunakan dalam pelayanan kesehatan ibu. Meskipun awalnya ditujukan untuk mendeteksi depresi postpartum, kini EPDS juga digunakan untuk skrining selama kehamilan.

Tujuan Pemeriksaan EPDS

Pemeriksaan EPDS memiliki beberapa tujuan utama:

  1. Deteksi Dini Depresi Perinatal
    EPDS membantu mengidentifikasi gejala awal depresi, baik saat kehamilan maupun setelah melahirkan. Banyak ibu tidak menyadari tanda-tanda seperti kehilangan minat, cemas berlebihan, atau menangis tanpa alasan. Deteksi dini memungkinkan penanganan lebih cepat.

  2. Penanganan yang Cepat
    Jika hasil EPDS menunjukkan potensi depresi, ibu dapat segera mendapatkan intervensi seperti konseling, psikoterapi, atau rujukan ke psikiater. Hal ini membantu mengurangi risiko komplikasi psikologis dan meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi.

  3. Meningkatkan Kualitas Hidup Ibu
    Depresi perinatal sering kali membuat ibu merasa gagal menjadi orang tua yang baik. Dengan skrining EPDS, kesejahteraan psikologis ibu dapat dipertahankan, serta mendukung proses menyusui dan mengurangi stres pengasuhan.

Waktu Pelaksanaan EPDS

WHO dan beberapa studi klinis merekomendasikan pelaksanaan EPDS pada waktu-waktu tertentu, yaitu:

  • Trimester kedua atau ketiga kehamilan
  • Enam minggu setelah melahirkan
  • Ulangan pada tiga bulan atau enam bulan pasca-persalinan jika ada risiko tinggi

Akurasi Hasil EPDS

Meskipun EPDS dianggap sebagai alat yang terpercaya, hasilnya bukanlah diagnosis akhir. EPDS hanya berfungsi sebagai alat bantu deteksi awal. Evaluasi psikiatri harus dilakukan oleh tenaga profesional untuk memastikan diagnosis yang tepat.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa EPDS memiliki batasan. Misalnya, dalam sebuah studi, hanya sekitar sepertiga dari perempuan dengan hasil positif EPDS benar-benar mengalami depresi unipolar. Sementara itu, sebagian besar lainnya mungkin mengalami gangguan bipolar. Hal ini menunjukkan bahwa EPDS tidak cukup untuk menentukan diagnosis secara pasti.

Selain itu, jika EPDS digunakan sebagai satu-satunya alat skrining, maka banyak kasus bisa salah diidentifikasi. Oleh karena itu, layanan kesehatan ibu perlu memastikan adanya jaringan perawatan yang memadai dan akses ke tenaga kesehatan mental yang ahli.

Kesimpulan

EPDS menjadi alat penting dalam skrining depresi pada ibu hamil dan nifas. Namun, hasilnya harus diinterpretasikan dengan hati-hati dan diikuti oleh evaluasi lanjutan oleh tenaga profesional. Dengan pendekatan yang tepat, deteksi dini dan intervensi yang cepat dapat memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan ibu dan anak.

Posting Komentar